Dari awal kita memang sempat ingin memasukkan Waerebo ke dalam list perjalanan kali ini, karena selain lokasi nya dekat dari Labuan Bajo, kita pun memang sangat ingin melihat secara langsung 7 rumah utama yang ada di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur tersebut. Namun banyak keraguan yang muncul. Seperti takut waktunya mepet dan malah kita gak jadi sailing, takut budgetnya over, perjalanan yang jauh dan sebagainya.
Percayakah kalian bahkan saat kami sudah tiba di Labuan Bajo pun kita masih ragu untuk berangkat ke sana? Kita tiba di Labuan Bajo hari Sabtu, 15 September 2018 pada sore hari. Kita agak sedikit lelah di karenakan kita berangkat ke Labuan Bajo jalur laut yang memakan waktu 28 jam. Terbayangkah bagaimana kita sudah cukup mabok laut? Banyaknya tawaran untuk sailing sempat membuat travel-mate saya ragu. Oh ya, let me tell you kalau perjalanan saya kali ini di temani oleh rafikaulia. Namun dengan mantap saya meyakinkan "Besok kita ke Waerebo. Kita cari rental motor sekarang." dan malam itu pula kita langsung mencari rental motor. Kebetulan kita dapat kenalan di hostel yang memberikan kita biaya rental Rp150.000 untuk 2 hari. Motornya beat dan masih baru.
Kita sepakat untuk berangkat esok pagi, jam 7. Dan kita sangat tepat waktu, bahkan jam 7 kurang kita sudah berangkat. Ah iya, sedikit saran dari saya. Kalau kalian rental motor, tolong diperhatikan dengan jelas apakah motor tersebut sudah layak, cek ban motor, lampu motor, lampu sent, klakson dan sebagainya. Demi kenyamanan berkendara. Karena perjalanan Labuan Bajo ke Waerebo lewat jalur Ruteng sangatlah sepi dan ada bagian jalan yang sangat jelek. Penuh dengan batu krikil dan licin serta berkelok. Jadi harus mempersiapkan dengan matang ya.
Untuk pom bensin selama kami berkendara saya hanya menemukan 2 SPBU, di dekat Pasar Baru (masih sekitar Labuan Bajo) dan di pertengahan jalan. Harga bensin di SPBU Rp7800/liter dan ecer Rp15.000/liter.
Pagi itu, kita langsung berangkat dan bernyanyi sangking senangnya kita. Kita berkendara dengan santai. Kebetulan saya yang mengendarai motor tersebut karena saya lebih takut di bonceng sebenarnya haha. Setelah berkendara selama kurang lebih satu jam kita berhenti sejenak karena perut sudah mulai protes minta di isi. Akhirnya kita makan dengan view yang mahal. Kita membeli nasi malam kemarin dan kita membawa abon untuk menjadi lauk, sungguh sederhana namun bahagia.
Kita tidak berpacu dengan GPS, namun kita hanya mengikuti petunjuk jalan saja. Kita mengambil jalur Ruteng, teman saya sempat memberikan opsi untuk lewat ke Nanga Lili untuk jarak tempuh yang lebih cepat, namun harus menyebrangi sungai. Wah sayangnya nyali kita kurang, akhirnya kita memilih jalur Ruteng yang lebih jauh.
Signal tidak terlalu baik walaupun kami menggunakan Telkoms*l, namun cukup menunjukkan jalur yang kita lewati dari Labuan Bajo ke Ruteng berkisar 5 setengah jam. Berkendara 2 jam saja sejujurnya saya sakit pinggang, dan terakhir saya berkendara jauh saat saya PKL masa SMK. Sudah 5 tahun silam. Tapi nyali saya tidak ciut, saya beranikan berkendara sejauh itu.
Sepanjang jalan kita banyak bertemu dengan anak-anak sekitar yang menyapa "Halo ibu" atau "Selamat siang ibu" sembari melambaikan tangannya. Dan ternyata anak-anak sini manis-manis banget lho!!! Ada satu anak yang saya lihat, dan masih saya ingat senyumnya. Sungguh manissss.
Berkisar 4 jam berkendara akhirnya tangan saya kram haha, dan saya meminta teman saya untuk berhenti sejenak. Dan dia menawarkan diri untuk bergantian, walaupun saya agak ragu di bonceng, tapi saya takut kita sampai terlalu sore. Akhirnya saya iyakan dan kami bergantian berkendara. Selama berkendara, pemandangan yang saya hadapi itu lautan, sawah, hutan, dan itu sangat indah. Allahu Akbar, sungguh indah..
Pulau yang di seberang itu namanya Pulau Mules, bisa di cek di peta :) |
Setelah itu saya mengambil alih berkendara, dan karena saya kebelet pipis saya jadi kurang fokus. Namun akhirnya kita bertemu musholla dan memutuskan untuk istirahat dan Sholat Dzuhur terlebih dahulu. Menurut GPS kurang dari sejam lagi kita akan sampai.
Usai istirahat sejenak akhirnya kita sampai di desa Denge atau desa terakhir sebelum menuju ke Pos 1. Warga lokal sempat memanggil kita, agak ragu mulanya. Namun setelah mendengarkan penjelasannya, kita harus memakai porter untuk trekking agar lebih aman karena kita akan melewati hutan.
Namanya pak Kristo, ia mengajak kita makan siang sebelum ke Waerebo. Jam menunjukkan pukul 1 kurang, dan memang perut sudah minta di isi. Akhirnya kita makan dengan sederhana, yaitu sayur labu dan telur dadar. Nikmat sekali ternyata kesederhanaan ini. Pak Kristo menawarkan kita untuk berkeliling Labuan Bajo esok harinya, dan ia tidak meminta uang sama sekali. Bahkan untuk makan siang ini, ia tidak meminta imbalan apapun. Sungguh, saya jatuh cinta dengan keramah tamahan orang Nusa Tenggara Timur ini. Pak Kristo memperkenalkan kita dengan Pak John selaku porter kita yang akan menemani kita selama 2 hari 1 malam di Waerebo serta dia akan membawakan barang kita selama trekking.
Makan siang pun selesai, kurang lebih jam 1 kita kembali memacu motor menuju ke Pos 1. Kita menyewa ojek untuk Pak John, biaya ojek nya Rp50.000. Namun ojek ini di saat kita melewati jalan yang hancur, dia yang membawakan motor kita. Karena trek dari desa Denge ke Pos 1 tidak terlalu mulus.
Tanjakkan menuju ke Pos 1 dari desa Denge |
Banyaknya motor menandakan kalau kalian sudah tiba di Pos1 |
Sesampainya di Pos 1 di tandakan dengan banyaknya motor yang parkir. Tenang saja, motor akan aman terkendali. Dan itu tandanya kita harus mulai trekking. Untuk perjalanan selama trekking dan bermalam di Waerebo bisa di baca di sini (Menginap di Negeri Atas Awan Waerebo). Semoga artikel ini bermanfaat bagi yang ingin menuju ke Waerebo dari Labuan Bajo dengan mengendarai motor.
yg selanjutnya di tungguuuuuu
ReplyDeletesiap mba :)
DeleteNaik kapal laut dari mana kak ? Ada jadwalnya gak ? Harga tiket brp kak ? Thanks
Deletewah jalannya rusak dan jelek ya
ReplyDeleteiya mba, tapi nggak keseluruhan sih. kurang lebih 1-2 jam yang jalanannya rusak dan kurang bagus
DeleteWow naik motor 6 jam di jalan kayak gitu strong banget
ReplyDeletedikuat-kuatin aja mba haha XD
DeletePermisi kakak
DeleteMau tanya ttg sewa motor yg dr labuan bajo ke waerebo,masih simpan no pemilik rentalnya ngak ya?
Kalo masih simpan boleh dishare ngk kak?
Duuhhh aku kangen jalan jauh naik motor lg. Pernah ama suami dan sekali bareng teman. Daaan, wkt itu kita juga lbh ngandelin peta kertas drpd gps. Itu justru lbh asik sbnrnya :).
ReplyDeleteGa sabar mau baca kelanjutannya mba. Waerebo iti salah satu tempat yg mau aku dtgin juga :)
Untuk sewa potter kena berapa kah?
ReplyDeleteperorang di kenakan 100rb kak
DeleteKak Mardiaheyyy ada contact person penyewaan motornya gak? Atau clue yang jelas buat sewa motor dimana? Aku bulan april mau ke wae rebo dan pengen naik motor.
ReplyDeletecoba datang ke Kampung Bule Hostel aja yaa, aku sewa motornya di hostel soalnya kak :)
DeleteYg selanjutnya kapan mbaa?? saya ud ga sabar pengen tau. karna maret mau kesana
ReplyDeletesudah ada di postingan selanjutnya kak hihi :) wah asik dong! titip rindu ke Bajo yaa hihi
DeleteKelanjutannya di postingan yang mana ya kak? pengen tau gambaran perjalanannya dan butuj waktu berapa jam kesananya? itu harus menginap di waerebo nya ya, ndak bisa langsung turun lagikah?
ReplyDeletelinknya sudah diperbaharui ya kak :)
Deletepulang dari waerebo nya gimana kak??
ReplyDeletedengan rute yang sama :)
Deletejalur waerebo labuan bajo apakah aman kalau terpaksa jalan malam?
DeleteHalo mba Mardiah, apa masih punya kontak/nomor hapenya Pak Kristo? Saya ada rencana ke wae rebo bulan depan. Terima kasih
ReplyDelete