Rabu, 16 Januari 2019 kemarin kebetulan saya dan teman-teman saya berkesempatan untuk mampir ke PT Balai Pustaka atau sekarang lebih diberi nama "Istana Peradaban Balai Pustaka" yang berlokasikan di Jalan Bunga no 8-8A Jakarta. Ini adalah pertama kalinya saya berkunjung ke Balai Pustaka, dan juga saya baru tau kalau ternyata BP ini terbuka untuk umum, lho! Di BP ternyata banyak banget buku yang sudah berumur lebih dari 100 tahun dan masih terawat dengan baik, keren banget kan?
Di kawasan Taman Bacaan Sekolah inilah saya melihat buku-buku yang berumur bahkan lebih tua dari umur RI, ada buku tahun 1930 dan juga berbagai majalah-majalah tempo dulu. Buku ini memang sudah berumur puluhan tahun, namun masih bisa di baca. Kecuali yang diletakkan di dalam kaca-kaca yang disediakan. Karena buku tersebut sudah sangat rapuh, khawatir apabila diperbolehkan untuk membaca, yang ada bukunya hancur deh! Hehe.
Untuk yang mau sekedar santai atau ngopi-ngopi cantik di sini ternyata bisa banget, karena disediakan kafe sastra yang juga di fasilitasi dengan buku-buku bagus untuk di baca. Kebetulan saat saya berkunjung adalah hari dimana buku "Asal-Usul Nama Kota Pantai di Sulawesi" sudah bisa di order dengan harga Rp65.000. Buku ini mulanya berjudul "Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi" yang berisi 90% tulisan, dan akhirnya di kemas ulang dalam bentuk 70% tulisan 30% ilustrasi, tentunya dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami.
Pulau Sulawesi dari dulu dikenal memiliki sejarah paling kuat dari sisi maritim. Dunia maritim inilah yang menggerakkan berbagai sisi perekonomian penduduk pulau ini, berdampingan dengan kekayaan budaya serta kearifan lokal. Kalian tentu sering mendengar nama-nama kota di Sulawesi seperti Bitung, Kendari, Manado dan Makassar. Tapi pernahkah kalian mendengar toponim atau kisah asal-usul penamaan kota tersebut?
Sebagai salah satu pulau besar di negara yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia, Sulawesi memiliki cukup banyak kota pantai dengan kisah uniknya masing-masing. Seperti contohnya kota Makassar yang namanya berasal dari kata "mangkasarak" mengandung arti memiliki sifat besar (mulia) dan berterus terang (jujur). Nama ini kemudian menjadi nilai luhur yang dipegang teguh masyarakat kotanya hingga saat ini.
Sasaran buku ini adalah pembaca anak-anak Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah yang menganggap sejarah adalah bacaan yang membosankan. Sehingga buku ini dikemas ulang menjadi semenarik mungkin agar timbulnya ketertarikan anak-anak Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah dalam membaca buku sejarah.
Dengan mengajarkan anak untuk membaca sejak dini berarti kita mengajarkan anak dalam memperjuangkan negara dengan intelektual. Semoga bermanfaat!
No comments